Simpan » Diposting oleh saunk-online » Minggu, 22 Januari 2012 »
Minggu, 22 Januari 2012 comment

PONDOK-PESANTREN ROUDHOTUL QURAN(PPRQ)




Di lereng gunung Salak dan Gunung
Gedhe, suasana pedesaan yang kental,
jauh
dari keramaian kota tanpa polusi udara
maupun polusi suara, tepatnya di
kampung Padurenan, desa Ciburayut,
kecamatan Cigombong, kabupaten
Bogor,
Jawa Barat, akan kita temukan
keasyikan sekelompok santri usia 15-30
tahunan, asyik bertadarus al-Qur’an
tanpa melihat mushaf. Setelah dekat
dan
berkumpul dengan mereka yang
sedang bertadarus al-Qur’an itu kita
akan
mengetahui ternyata mereka adalah
para santri hufadz dari salah satu
pesantren yang ada di negeri ini.
Pondok Pesantren Raudlotul Qur’an
(PPRQ).
Nama itu diberikan oleh
hadlorotussyaikh KH. Mufid Mas’ud
(Pendiri Pondok
Pesantren Sunan Pandanaran
Yogyakarta, untuk pesantren yang
diasuh oleh HM.
Farhan Usman, dengan program
tahasus li tahfidzil Qur’an (Program
pokoknya
menghafal al-Qur’an).
Meski berada di daerah yang terpencil.
Kita akan merasa takjub kala melihat
prestasi yang telah diukir oleh PPRQ
diusianya yang menginjak tahun ke-23
ini, mereka telah menorehkan berbagai
prestasi di tingkat Kabupaten,
Propinsi, bahkan Nasional cabang
tahfidz (hafalan al-Qur’an) maupun tafsir
al-Qur’an bahasa Arab maupun bahasa
Inggris.
Keberadaan PPRQ tak bisa lepas dari
Pondok Pesantren Sunan Pandanaran
Yogyakarta (PPSPA). Selain
pengasuhnya HM. Farhan Usman adalah
salah satu
alumni PPSPA, beliau juga utusan KH.
Mufid Mas’ud (Pendiri PPSPA) untuk
menjadi ustadz di Bogor demi
pengembangan Islam dan lebih khusus
pengembangan penghafalan al-Qur’an.
Kawah candra dimuka bagi calon Hafidz
dan Hafidzoh
Memasuki kota Bogor bagi orang luar
kota tentu akan bingung mencari PPRQ,
sebab memang PPRQ terletak di lereng
gunung Salak dan gunung Gedhe
dengan
udara yang masih sangat sejuk jauh
dari kebisingan kendaraan bermotor
maupun pengapnya cerobong pabrik
dan knalpot kendaraan bermotor. KAlau
kita
ingin sampai ke PPRQ dari kota Bogor
kita dengan kendaraan umum kita harus
mencari kendaraan Jurusan Cicurug
atau Sukabumi. Ketika sampai di stasiun
Cigombong kita (dari kota Bogor
setelah Lido, masuk kurang lebih 5 kilo
meter lagi (bila kita menumpang
kendaraan umum dari sini kita bisa
langsung
naik ojek dan tukang ojek sudah
mengenal PPRQ), dari jalan Raya Bogor
–Sukabumi pertigaan stasiun
Cigombong sampai di Kampung
Padurenan, Kelurahan
Ciburayut, Kecamatan Cigombong,
Kabupaten Bogor jalan sudah diaspal
oleh
pemda. Sampai di PPRQ kita akan
takjub dengan bangunan yang mirip
dengan
villa dengan pemandangan yang
mengasyikkan.
Penduduk kampung Padurenan
sebagian besar adalah petani
tradisioanal. Daerah
Padurenan merupakan daerah yang
subur. Seperti pada umumnya
masyarakat
pedesaan yang masih sederhana,
masyarakat PPRQ demikian juga
keadaannya.
Namun untuk masalah kehidupan
beragama mereka sangat religious,
bahkan
cenderung fanatic. Sebagai contoh
sekitar tahun 1987 masyarakat yang
mempunyai radio bisa dihitung dengan
jari tangan, sampai sekarangpun
masjid-masjid di sekitar PPRQ belum
mau menggunakan pengeras suara,
bukan
karena tidak mampu membeli, namun
mereka masih berpegang bahwa di
masjid
tidak boleh ada pengeras suara.
Keadaan masyarakat yang demikian
sangat mendukung keberadaan PPRQ
yang
merupakan ajang penggemblengan
santri mutahafidziin (penghafal al-
Qur’an)
yang butuh ketenangan.
Mengapa harus ke daerah terpencil
Tahun 1986 ada seorang aghniya’ (orang
yang mempuyai kelebihan harta) dan
ulam dari Jakarta yang mempunyai
perkebunan jeruk datang menghadap
KHM.
Mufid Mas’ud di PPSPA Yogyakarta. Dan
salah satu pembicaraan dan keinginan
dari pemilik perkebunan itu adalah
menjadikan perkebunannya sebagi
perkebunan yang dapat bermanfaat
dunia dan akhirat. Pemilik perkebunan
menginginkan di kebun iitu didirikan
pesantren. Pada prinsipnya
Hadlorotussyaikh KHM. Mufid Mas’ud
sangat setuju dengan keinginan
tersebut.
Tak lama setelah pembicaraan itu,
Hadlorotussyaikh KHM. Mufid Mas’ud
observasi langsung ke Bogor untuk
melihat lahan perkebunan yang
dijanjikan
itu. Hasil dari observasi dan
mengadakan pertimbangan-
pertimbangan baik dari
segi dhohiriyah maupun bathiniyah,
maka Hadlorotussyaikh KHM. Mufid
Mas’ud
memanggil salah satu santrinya yang
bernama Muhammad Farhan diberikan
kepercayaan dan tugas untuk menjadi
salah satu calon yang akan mengisi
jabatan pengasuh di Pesantren Bogor
itu. Setengah tidak percaya Muhammad
Farhan-pun hanya bisa sami’na wa
atho’na dengan perintah
Hadlorotussyaikh KH
M. Mufid Mas’ud.
Tepat pada tangga 20 Agustus 1985
berangkatlah Muhammad Farhan
bersama 1
orang santri yang telah selesai
menghafal al-Qur’an (Mudzakir
Lampung), 1
orang santri yang telah menghafal
sebanyak 17 Juz H. Zahri Bantul), 1 santri
yang baru menghafal dan memiliki
basis pendidikan kitab (Mu’alim Sleman)
serta 30 santri yang baru mengenal
pesantren. Diantar oleh almarhum bapak
Sayid Usman (orang tua dari
Muhammad Farhan), menumpang
kereta api dari
Jogjakarta, turun di stasiun Janinegara
(Jakarta) singgah di rumah bapak H.
Muhammad Dahlan (pemilik
perkebunan), H. Muhammad Dahlan
berdomisili di
Pasar Jum’at Jakarta Selatan.
Setelah istirahat yang cukup,
rombongan Ustadz Farhan diantar ke
Bogor
menuju tempat yang dijanjikan untuk
mendirikan pesantren. Sejak saat itulah
kegiatan belajar mengajar al-Qur’an
yang diasuh oleh Ustadz Farhan dimulai.
Kurang lebih 9 tahun di PP Asmau’l
Husna atas kemurahan Allah melalui
hamba-Nya, Muhammad Farhan diberi
kepercayaan untuk membeli sebidang
tanah
demi kemaslahatan ummat. Dari modal
sebidang tanah, disertai do’a dari para
orang tua dan guru-guru HM. Farhan
Usman itu akhirnya bisa berdiri
musholla,
Asrama Putra, asrama Putri, dan
madrasah/aula. Dan ustadz Farhan pun
mendirikan pesantren sendiri. Atas
anjuran Hadlorotussyaikh KH. Mufid
Mas’ud, pesantren baru itu diberi nama
PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL
QUR’AN
(PPRQ)
Sistem pendidikan di PPRQ sama
dengan sistem pendidikan yang ada di
pondok-pondok takhasus menghafal al-
Qur’an. Namun Ustadz Farhan lebih
menekankan pada rasa tanggung
jawab pada setiap individu. Contohnya
santri
boleh saja tidak mengaji tetapi harus
tetap berani untuk disimak setiap
saat.
Setiap jam 07.00 sampai dengan
Dhuhur, santri diwajibkan masuk
madrasah
dengan diisi kajian-kajian kitab yang
mendukung santri menjalankan syari’at
Islam, seperti kitab Fiqih, kitab tauhid,
kitab akhlaq, dan tentu saja kitab
tafsir.
Pesantren Terpencil Dengan Segudang
Prestasi
Musabaqoh Tiwatil Qur’an (MTQ)
maupun Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ),
merupakan salah stu ajang untuk syi’ar
al-Qur’an. HM. Farhan Usman sebagai
pengasuh PPRQ merasakan seandainya
hanya mengandalkan pesantren yang
berada
di daerah yang terpencil, tentu
kumandang al-Qur’an tidak akan bisa
terdengar oleh masyarakat luas. Maka
berbekal pengalaman dan arahan KH.
Mu’tashimbillah, SQ. MPd.I (Pengasuh PP.
Sunan Pandanaran Yogyakarta
pengganti Hadlorotussyaikh KH. Mufid
Mas’ud), yang pernah menjadi juara STQ
Nasional bahkan masuk rangking 10
besar tingkat internasional bidang tafsir
al-Qur’an, KH. Farhan pun mengikuti
jejak itu. Dengan restu dari
Hadlorotussyaikh KH. Mufid Mas’ud,
pada tahun 1990 KH. Farhan mengikuti
STQ
Nasional di Jakarta di bidang Mufasir
bahasa Arab dan mendapatkan rangking
II. Pada tahun berikutnya 1991
mengikuti lagi STQ tingkat Nasional di
Palangkaraya dan mendapat rangking
ke II dalam bidang Mufasir Bahasa Arab.
Berbekal pengalamanya mengikuti STQ
Nasiional itu, KH. Farhan Usman mulai
mengutus santrinya untuk mengikuti
MTQ maupun STQ dari tingkat
Kabupaten,
Propinsi bahkan masuk ke tingkat
Nasional, prestasi yang
menakjubkanpun
diperolehnya. Pada tahun 1994, Hj.
Dewi Nur Atiqoh menjdi Juara III MTQ
Nasional di Pekan Baru bidang
Mufasiroh bahasa Arab. Tahun 1995,
lagi-lagi
Hj. Dewi Nur Atiqoh diberi kesempatan
untuk menjadi juara I STQ nasional di
Palu Sulawesi bidang mufasiroh bahasa
Arab. Tahun 1997, H. Musta’in
mendapatkan juara I STQ Nasional di
Ambon bidang Mufasir bahasa Arab.
Tahun
2001, Iffah Fitriyah, Juara Harapan III
STQ di Jakarta bidang Mufasiroh
bahasa Arab. Tahun 2003, Ade Zaenal
Muttaqin, Juara I MTQ Nasional di
Mataram, bidang MHQ 10 Juz. Pada
tahun 2006, Taufiq Marfa’ung,
Juara
I MTQ Nasional bidang Mufasir bahasa
Inggris.H Ade zainal Muttaqin juara II
MTQ Nasional di Banten bidang MHQ 20
juz putra tahun 2008. Pada tahun yang
sama Yayat Sukriyati menjadi juara I
MTQ Nasional di Banten bidang MHQ 20
juz putri.
“Kita mengikuti musabaqoh dengan
tujuan menjadi yang terbaik. Terbaik di
Mata Allah dan di mata manusia,”
begitu pesan Hadlorotussyaikh KH. Mufid
Mas’ud kepada KH. Farhanh ketika
pertama kali meminta izin untuk
mengikuti
MTQ maupun STQ. Dan pesan itu akan
selalu disampaikan KH. Farhan kepada
santrinya yang akan mengikuti STQ
maupun MTQ.
“Semua itu berkah kemurahan Allah
dan berkah do’a para guru kami, lebih
khusus lagi do’a dari Hadlorotussyaikh
KH. Mufid Mas’ud”, tutur KH. Farhan
Usman.


*Sumber:*
*M.Maqshudi***



PON-PES ROUDHOTUL QUR'AN


Jangan lupa di share dan like PONDOK-PESANTREN ROUDHOTUL QURAN(PPRQ) bro / sist

Save url to wapmaster
Similiar Post :
4 Februari 2012 pukul 01.39
ivank shivit mengatakan...
Reply Post
Hapus
4 Februari 2012 pukul 14.34
saunk-online mengatakan...
Reply Post
Hapus
@ivank shivit
Silahkan gAn
Jadikan blog sebagai brosur
Berjalan
Signature: Silahkan di edit dulu gan.
2 komentar:
Berikan tanggapan untuk artikel PONDOK-PESANTREN ROUDHOTUL QURAN(PPRQ)

 
powered by blogger.com and maxwidth build 0.01 mobile template